Beranda | Artikel
Sifat-Sifat Yang Dianjurkan Pada Seorang Muadzin
Selasa, 8 Februari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny

Sifat-Sifat Yang Dianjurkan Pada Seorang Muadzin ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 5 Rajab Jumadil Akhir 1443 H / 05 Februari 2022 M.

Download kajian sebelumnya: Masalah Yang Berkaitan dengan Adzan dan Iqamah

Kajian Sifat-Sifat Yang Dianjurkan Pada Seorang Muadzin

Muadzin adalah seorang yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini karena dia adalah pelaku ibadah yang mulia. Oleh karenanya dianjurkan sifat-sifat tertentu bagi seorang muadzin agar dia pantas untuk menjalankan ibadah yang mulia ini. Di antara sifat-sifat tersebut adalah:

Tidak mengambil gaji

Hendaknya seorang muadzin tidak mengambil gaji dari ibadah adzannya. Ini dianjurkan karena jelas hal ini bisa menjadikan amalan adzan seseorang lebih ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini lebih sesuai dan lebih dekat dengan sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada sahabat Utsman bin Abil ‘Ash:

وَاتَّخِذْ مُؤَذِّنًا لاَ يَأْخُذُ عَلَى أَذَانِهِ أَجْرًا

“Jadilah seorang muadzin yang tidak mengambil upah dalam mengumandangkan adzan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i)

Ini adalah perintah dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan perintah minimal menunjukkan hukum dianjurkan. Pada asalnya menunjukkan kewajiban namun para ulama banyak yang memaknai hadits ini bahwa perintah di sini menunjukkan anjuran, bukan kewajiban.

Makanya pera ulama menegaskan apabila tidak ada seorang yang mau mengumandangkan adzan dengan sukarela, maka imam kaum muslimin harus mencari orang yang mengumandangkan adzan dan menggajinya.

Adil dan terpercaya

Maksud dari adil di sini adalah orang yang bukan fasik. Dia orang yang shalih/baik dan dia terpercaya. Sifat seperti ini dianjurkan ada pada seorang muadzin. Karena muadzin itu dipercaya oleh orang-orang dalam mengabarkan waktu shalat. Sehingga tidak layak seorang fasik mengumandangkan adzan, karena pada asalnya persaksian dia tidak diterima. Lalu bagaimana dia dipercaya sebagai seorang yang mengabarkan masuknya waktu adzan? Maka seharusnya seorang yang fasik dijauhkan dari amalan mengumandangkan adzan.

Orang yang adzan juga dianjurkan orang yang shalih. Apalagi dizaman dahulu dimana seorang muadzin agar suaranya bisa tersebar lebih jauh mereka harus naik ke tempat yang tinggi. Dan ketika berada di tempat yang tinggi tersebut dia akan melihat rumah-rumah orang, dan bisa jadi dia melihat wanita yang ada di rumah-rumah tersebut. Mungkin rumahnya dipagari dan wanita merasa sudah aman di dalam rumahnya. Tapi itu masih terlihat oleh seorang muadzin yang naik ke menara untuk mengumandangkan adzan. Sehingga keadaan seorang muadzin yang shalih sangat diperlukan agar dia tidak tergoda untuk melihat hal-hal yang demikian.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu Ta’ala berpendapat bahwa adzannya orang fasik tidak menggugurkan fardhu kifayah. Hal ini karena menyelisihi perintah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

مَن عَمِلَ عملًا ليس عليه أمرُنا فهو رَدٌّ

“Barangsiapa yang melakukan amalan ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan kami maka amalan tersebut ditolak oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Suara yang keras/lantang dan indah

Termasuk di antara fungsi utama adzan adalah mengabarkan kepada manusia sudah masuk waktu shalat. Dan agar manusia tahu bahwa mereka diajak untuk shalat berjamaah di masjid. Ajakan untuk shalat dan mendapatkan kemenangan. Dan jika adzan semakin jauh jangkauannya maka menjadi semakin baik. Karena itu semakin memberatkan setan yang menjadi musuh manusia.

Selain itu juga akan semakin banyak orang yang mendengar adzan itu. Sehingga semakin banyak orang yang teringat bahwa waktu shalat sudah datang. Semakin banyak orang yang teringat bahwa dia harus mendatangi panggilan tersebut dan shalat berjamaah di rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada sahabat Abdullah bin Zaid, beliau mengatakan:

فَقُمْ مَعَ بِلَالٍ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ؛ فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ

“Berdirilah engkau bersama Bilal dan sampaikan kepadanya apa yang engkau lihat dalam mimpimu. Karena sesungguhnya Bilal itu suaranya lebih keras/lantang/merdu daripada kamu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada sahabat Abdullah bin Zaid untuk mengajarkan adzan yang dia dapatkan dari mimpi kepada sahabat Bilal. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan alasannya, yaitu karena keistimewaan sahabat bilal dalam suaranya. Oleh karena itu setiap muadzin dianjurkan padanya sifat ini.

Tahu tentang waktu

Seorang muadzin hendaknya tahu tentang waktu. Karena adzan harus dikumandangkan ketika waktu shalat telah masuk. Pengetahuan tentang waktu shalat telah masuk itu mudah untuk diketahui oleh orang yang bisa melihat.  Maka sifat ini dianjurkan ada bagi seorang muadzin.

Ini adalah anjuran, bukan kewajiban. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga punya muadzin yang buta seperti Ibnu Ummi Maktum. Beliau tidaklah adzan kecuali diberitahu bahwa waktu shalat telah masuk.

Namun demikian karena muadzin dipercaya oleh masyarakat dalam masalah mengabarkan waktu shalat, maka dianjurkan bagi seorang muadzin untuk bisa mengetahui masuknya waktu shalat secara mandiri tanpa bergantung kepada yang lain.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Sifat-Sifat Yang Dianjurkan Pada Seorang Muadzin


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51367-sifat-sifat-yang-dianjurkan-pada-seorang-muadzin/